Dampak Negatif Diet Ketat
Jangan asal kurus saja, diet penurunan berat badan yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan seorang wanita berhenti mendapatkan menstruasi (amenorrhea). Dampaknya tidak hanya berhenti di situ saja, karena amenorrhea juga dapat meningkatkan risiko beberapa masalah kesehatan lainnya.
Banyak tips-tips diet ketat dan aneka macam pil diet yang menjanjikan penurunan berat badan hanya dalam hitungan hari. Tetapi diet yang ekstrem tersebut justru dapat mendatangkan berbagai masalah kesehatan, apalagi jika telah mengganggu siklus menstruasi wanita.
Berhentinya siklus menstruasi disebut dengan amenorrhea, yang terdiri dari dua jenis yaitu amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Amenorrhea primer mengacu pada kasus dimana seorang wanita tidak lagi mendapat menstruasi pada usia 16 tahun.
Sedangkan amenorrhea sekunder terjadi bila wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi normal, tetapi kemudian berhenti mengalami menstruasi selama 3 sampai 6 bulan atau lebih. Amenorrhea sekunder ini dapat disebabkan karena stres, penggunaan obat-obatan, berkembangnya tumor kelenjar hipofisis, diet yang ekstrem dan olahraga yang terlalu keras.
"Ketika seseorang mengubah pola diet dengan ekstrem, tubuh akan kaget karena perubahan metabolisme dan dapat mempengaruhi sistem reproduksinya," kata Dr. Lee Kao, dokter spesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas dari Laurel Fertility Care di San Francisco, seperti dilansir She Knows, Sabtu (2/3/2013).
Ketika diet ekstrem telah menyebabkan amenorrhea, Anda akan mengalami beberapa dampak kesehatan lainnya, antara lain sebagai berikut:
1) Dampak amenorrhea terhadap kesehatan reproduksi
Amenorrhea jangka pendek yang hanya beberapa bulan, tidak menyebabkan masalah yang signifikan pada sistem reproduksi. Namun, jika seorang wanita menjalani program diet yang terlalu berat, bahkan amenorrhea jangka pendek pun dapat menandakan masalah lain, seperti ketidakseimbangan elektrolit dan gangguan sistem reproduksi.
Amenorrhea jangka panjang hingga lebih dari tiga sampai enam bulan dapat menandakan bahwa ovarium tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, wanita yang memiliki tingkat estrogen rendah karena indung telurnya tidak berfungsi dengan baik, dapat mengalami gejala menopause dini seperti sulit tidur dan berkeringat di malam hari.
2) Amenorrhea dapat menurunkan kepadatan tulang
Hormon estrogen membantu menyeimbangkan hilangnya kalsium dari tubuh dengan asupan kalsium yang masuk ke tubuh. Tanpa suplai estrogen yang teratur dari ovarium, tubuh akan mengalami kesulitan menyeimbangkan kadar kalsium.
Selain ketidakseimbangan hormon estrogen tersebut, hilangnya kalsium juga dapat dipengaruhi oleh ketidakseimbangan elektrolit, tidak cukup terpapar sinar matahari, kurang makan makanan berkalsium, dan memiliki kebiasaan merokok, adalah faktor risiko osteoporosis.